Perayaan dan tradisi equinox di berbagai negara

Setiap tahun, Equinox diperayaan di berbagai negara dengan cara dan tradisi yang berbeda. Equinox adalah waktu di mana siang dan malam memiliki durasi yang sama, dan biasanya terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September. Perayaan dan tradisi Equinox ini dapat memberikan wawasan yang menarik tentang bagaimana masyarakat di seluruh dunia merayakan perubahan musim yang penting ini.

Di Indonesia, Equinox sering kali tidak begitu diperhatikan atau dirayakan secara khusus oleh masyarakat. Namun, di beberapa negara lain, Equinox dianggap sebagai momen penting yang patut dirayakan. Misalnya, di Meksiko, Equinox disebut sebagai “Festival of the Sun” atau Festival Matahari. Pada hari ini, orang-orang berkumpul di reruntuhan piramida Kukulkan di Chichen Itza untuk menyaksikan fenomena unik di mana bayangan sinar matahari membentuk sosok ular yang bergerak ke bawah piramida.

Di Jepang, Equinox dikenal sebagai “Higan”. Pada saat Higan, orang Jepang mengunjungi makam keluarga mereka untuk memberikan penghormatan kepada leluhur mereka. Mereka juga memasak makanan khusus yang disebut “Ohagi”, yaitu kue beras yang dilapisi dengan kacang merah atau selai kacang.

Di Swedia, Equinox disebut sebagai “Mabon” dan dirayakan sebagai perayaan panen. Masyarakat Swedia mengadakan festival dengan musik tradisional, tarian, dan makanan khas musim gugur seperti apel dan bir.

Di India, Equinox dikenal sebagai “Pitru Paksha” atau Festival leluhur. Selama dua minggu, orang India melakukan ritual dan upacara untuk menghormati leluhur mereka. Mereka juga melakukan puja (sembahyang) di sungai-sungai suci untuk membersihkan dosa-dosa mereka.

Perayaan dan tradisi Equinox di berbagai negara menunjukkan betapa beragamnya cara masyarakat merayakan perubahan musim dan koneksi mereka dengan alam. Meskipun budaya dan tradisi berbeda, kesamaan dalam menghormati alam dan leluhur selalu terlihat dalam perayaan Equinox di seluruh dunia.